BUKALAH MATA (hati) MU









jika lenganku tak sekuat kau yang harapkan
itu krn aku manusia yang memang tak sempurna
jika kakiku tak sekokoh yang kau dambakan
itu krn aku manusia yang memang serba kekurangan
jika yang bisa kuberikan tak sesempurna yang kau impikan
percayalah, setiap saat aku berfikir bagaimana caranya membuatmu bahagia



telah kubentangkan hatiku di sepanjang perjalananmu
hingga tak ada yang bisa kusaksikan kecuali dirimu

tapi satu pintaku
BUKALAH MATAMU
karena kau akan melihat
cintaku memenuhi daratan dan lautan Read Full...

Tersesat Dalam Kubangan Harapan



Hatiku kemelut dalam kabut
Puisi cinta yang harusnya tercipta
Menjadi lamunan yang membias bersama kepergian sang surya
Yang kusangka menghangatkan
namun ternyata terik yang menyesakkan

Aku bahkan tak bisa medengar suara tangisku lagi
karena tidak ada air mata yang dapat membuktikannya
dan saat peluh mulai luruh dari tubuh
aku tau, kau tidak akan mampu melihatnya

Aku tidak akan meminta apapun kepadamu
Karena aku berbicara melalui puisiku
Bahasa indah yang kukenal sebagai ruh para penyair
Yang membawaku larut dalam renungan yang dalam

Tunjukkan padaku arah pulang ke persimpangan itu
sebelum kuputuskan berjalan menuju pelangi yang tiba-tiba hilang saat kuhampiri
saat dimana keindahan pagi masih bisa kunikmati
saat dimana bunga yang merekah masih terasa indah dihati
Karena kini…..
aku mulai tersesat dalam renungan
Dan kebingungan dalam kubangan harapan yang kau ciptakan
Pernahkah kau tau
Bahkan mentari tak seindah yang dulu lagi

Ini adalah kemelut di dalam dada
Yang kau hancurkan saat aku terbangun dari lelap di pagi hari
Sebentuk pesan sederhana untuk menyapamu kembali
Karena semua ini, mulai menjadi kerikil yang menyesakkan hati Read Full...

KBK, efektif atau tidak?






Saya tau persis ketika membaca judul tulisan ini akan mangagetkan sebagian orang, namun saya yakin anda akan memahami maksut saya ketika membacanya lebih jauh. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa sistem kerikulum pendidikan yang digunakan untuk mahasiswa kesehatan saat ini adalah sistem KBK (kurikulum berbasis kompetensi) dengan sistem paketan yang diberi nama blok atau modul. Kurikulum ini menuntut mahasiswanya untuk berperan lebih aktif dalam proses belajar mengajar, karena prinsipnya dari mahasiswa untuk mahasiswa. Tentu saja tidak ada yang salah dengan semua ini, namun sepertinya ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian kita bersama karena kalau hal seperti ini diterapkan untuk mahasiswa terutama mahasiswa pemula atau semester awal, bukankah ini berarti mereka dipaksa memahami buku yang sama sekali belum dijelaskan sebelumnya sehingga mereka harus meraba-raba seperti anak yang diterjunkan kedalam hutan belantara. Dan taukah anda apa yang akan terjadi pada anak kecil apabila diterjunkan kedalam hutan belantara, jawabannya adalah mereka akan mati. Karena sebelumnya tidak ada orang yang mengajarkan mereka bagaimana caranya untuk bertahan hidup didalam rimba.

Memang sistem KBK tidak sama persis dengan analogi saya tentang anak kecil yang diterjunkan ke dalam hutan belantara, kerena didalam sistem KBK ada yang disebut dengan tutor yang akan mengawasi jalannya diskusi mereka. Namun demikian, kita tau bersama bagaimana batas kemampuan seorang remaja lulusan SMA untuk memahami buku-buku kedokteran yang notabenenya membutuhkan kecermatan khusus untuk memahaminya atau setidaknya hal tersebutnya pernah dijelaskan sebelumnya sehingga mereka tidak akan salah memaknai maksut dari penjelasan dalam buku tersebut.

Membangun sebuah kurikulum yang menuntut mahasiswa untuk aktif memang sangat baik, akan tetapi apabila dilakukan sepenuhnya dengan metode seperti yang dilakukan saat ini, belum tentu akan membawa dampak seperti yang diharapkan. Seharusnya ada sebuh mekanisme yang memberikan keseimbangan antara peran dosen yang memang merupakan pengajar, dan kemudian mahasiswa diaktifkan dalam bentuk penerapan. Sebagai contoh, didalam ruangan dosen akan memberikan kuliah atau penjelasan tentang suatu materi, lalu kemudian sebuah kasus yang berkaitan dengan materi tersebut (tentu saja sifatnya lebih universal dan kompleks) diberikan kepada mahasiswa untuk diselesaikan dalam sebuah diskusi. Sehingga dalam diskusi tersebut mahasiswa tidak akan malang melintang tanpa arah dan tersesat karena sebelumnya telah mendapat penjelasan yang memadai dari pakar materi tersebut, yaitu dosen yang bersangkutan.

Saya masih ingat ketika dulu salah seorang teman saya menjelaskan didepan ruangan tentang sistem and plate dalam fisiolagi tubuh manusia dan teman-teman saya yang lain mangangguk-angguk tanda setuju terhadap pejelasannya karena memang tidak tahu sama sekali tentang permasalahan tersebut. Sehingga mempercayakan saja sepenuhnya hal tersebut pada teman yang dipercayakan untuk mempresentasikan materi tersebut. Padahal apa yang dijelaskannya sama sekali tidak benar. Tentu saja ini bukan kesalahan dari teman saya tadi, karena memang sebelumnya dia tidak mendapatkan penjelasan tentang materi tersebut, sehingga dia hanya akan menjelaskannya sesuai dengan apa yang ia pahami. Inilah yang saya sebut seorang anak diterjunkan kedalam hutan belantara yang sama sekali tidak tau rimba dan membimbing anak-anak lain yang sama tidak tahunya. Lalu kemudian apa yang akan terjadi, silahkan bayangkan sendiri.

Kemudian persoalan lain yang harus menjadi perhatian adalah materi yang sampaikan oleh mahasiswa tidak akan memiliki kualifikasi yang sama dengan materi yang disampaikan oleh seorang dosen yang merupakan pakar dalam hal tersebut. Sehingga mahasiswa tidak akan menerima penjelasan yang memadai seperti yang seharusnya mereka dapatkan, karena walau bagaimanapun penjelasan dari soerang pakar akan sangat jauh berbeda dengan penjelasan seorang mahasiswa yang baru balajar, dan kalau seorang yang baru belajar diminta untuk mengajar materi yang baru saja mereka dalami benarkah metode seperti ini akan efektif? Lalu bagaimana dengan orang yang menerima penjelasan dari mahasiswa tersebut apakah telah mendapat penjelasan yang bermutu sekelas dosen?

Sebenarnya, ini bukan hanya tentang apakah mutu pendidikan akan mengalami perbaikan yang signifikan dari yang sebelumnya, dan bukan hanya tentang apakah mahasiswa menerima materi yang memadai atau tidak. Namun lebih dari itu, karena objek yang akan dihadapi oleh soerang dokter, perawat, bidan atau beberapa profesi medis lainnya adalah manusia. Saya pernah membaca sebuah ungkapan yang sangat menyentuh hari dari seorang dokter yang mengatakan kepada pasiennya, “ ketika anda (pasien) duduk dihadapan saya, saya membayangkan diri saya berada dalam posisi anda saat ini dan dokter seperti apa yang saya harapkan untuk menangani saya, dan saya berusaha menjadi dokter seperti itu ”. Saat seorang dokter berusaha menyembuhkan seorang pasien, sebenarnya dokter tersebut tidak hanya sedang berusaha menyembuhkan pasien yang ada dihadapannya saja, namun dia juga sedang berusaha menyembuhkan kecemasan dari seorang ibu yang melahirkan pasien tersebut, sorang ayah yang membesarkannya, seorang adik yang merindukan nasihat kakaknya, kakak yang mendabakan keceriaan adiknya kembali, dan sebuah keluarga besar yang menunggu kesembuhannya. Saya mulai menyadari saat ini, apabila ingin menggali lebih jauh makna dari pendidikan ini maka tujuan yang sebenarnya bukanlah gelar dokternya, namun bagaimana kita berusaha sebaik mungkin untuk menjadi jalan kesembuhan bagi orang lain dan berusaha membahagiakan sebanyak-banyak orang dengan menjaga kualiltas kesehatan mereka, baik fisik maupun mental. Bisakah anda membayangkan betapa mulia profesi yang akan anda jalani nanti.

Sejauh pengamatan saya, sistem yang berjalan dalam sebuah institusi atau bahkan negara sangat berpengaruh besar terhadap cara pandang, pola fikir, dan tujuan serta asumsi dari individu-individu yang menjalani sistem tersebut. Bobroknya sebuah sistem dapat membentuk sebuah generasi bobrok pula secara masal. Dan seballiknya, baiknya sebuah sitem dapat melahirkan generasi yang baik pula secara masal. Untuk itulah saya berusaha bicara tentang sitem.

Satu hal yang ingin saya tegaskan kembali disini adalah saya tidak mengatakan sistem KBK tidak efektif, namun metode yang digunakan dalam sistem tersebut sebaiknya ditinjau ulang kembali. Mungkin akan lebih baik apabila dikolaborasikan dengan metode konvensional yang sebelumnya pernah diterapkan, karena mau mengakui atau tidak dokter-dokter berkualitas pernah lahir dari rahim metode konvensional tersebut.

Saya tau persis ketika menuliskan tentang masalah ini, saya bisa saja menjadi musuh bagi sebagian orang. Terutama yang setuju sistem KBK dengan matode yang telah berjalan saat ini diterapkan, namun bukan itu persolannya sebenarnya karena hanya akan memicu perdebatan yang mungkin tidak akan kunjung usai. Ketika membaca sebuah buku yang saya pinjam dari teman, saya menemukan sebuah ide menarik yang disebut sebagai eksplorasi subyek, cara berfikir yang sangat baik menurut saya. Karena dari pada terus berkutat tentang anggapan bahwa pendapat kitalah yang paling benar justru akan lebih baik apabila kita mencari dan menggali (eksplorasi) hal terbaik yang bisa kita temukan dari permasalah yang sedang kita bicarakan. Sebuah rumusan yang sangat jenuis. Mudah-mudahan dikesempatan yang lain saya bisa menulis tentang hal ini. terimakasih.

rahmatsyah
2 februari 2011
Read Full...

Esensi Sebuah Gelar Pendidikan Formal


Banyak dari kalangan masyarakat kita yang mempersepsikan bahwa semakin banyak gelar yang di dapat maka akan semakin mapan secara finansial serta di asumsikan sebagai orang yang bertanggung jawab, walaupun sama sekali tidak pernah ada jaminan bergaransi yang dapat menjamin asumsi tersebut. Persepsi ini kemudian membuat banyak orang tua yang menyarankan agar anaknya memperoleh pendidikan formal untuk mendapatkan gelar. Gelar yang didapat setelah mengikuti jenjang pendidikan formal, yang juga merupakan indentitas akademis di salah artikan sebagai satu-satunya jalan menuju kesuksesan sehingga banyak yang berfikir bahwa yang terpenting adalah gelarnya namun nyaris mengabaikan esensi terpenting dari gelar tersebut yaitu Imunya, sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan gelar tersebut. Yang lebih parahnya lagi, hal ini kemudian sering kali didukung secara tidak langsung oleh banyak institusi yang bersangkutan karena sudah menjadi rahasia umum pendidikan saat ini telah mengalami fragmatisasi.

Saya tidak melihat masalah ini sebagai doktrin turun temurun yang meresahkan, akan tetapi lebih seperti persepsi umum yang sejujurnya tidak dapat dipertanggung jawabkan. Karena fakta yang terjadi di lapangan tidak memberikan penjelasan yang sesuai dengan anggapan tersebut. Menurut data BPS tahun 2010, dari 8,32 juta penganguran di Indonesia, ternyata kebanyakan merupakan lulusan sarjana dan diploma. Persentasenya masing-masing  sekitar 11,92% da 12,78 %, dan sampai saat ini masih banyak sekali sarjana yang tidak kunjung mendapatkan pekerjaan yang layak. Fakta ini terlalu dilematis ketika kita kaitkan dengan persepsi umum yang hingga saat ini masih menjadi kenyakinan masyarakat kita. Ini adalah realita yang terjadi di depan mata kita dan dengan jelas mematahkan anggapan tersebut.

Tulisan ini tidak bermaksut untuk menyudutkan gelar akdemisi formal, namun agar tidak menjadi orientasi tunggal semata sehingga mengabaikan sepenuhnya eksistensi di balik gelar itu sendiri. Pada dasarnya dimanapun kita berada, disitulah tempat dimana kita seharusnya banyak mengambil pelajaran. Ada banyak sekali contoh orang-orang  besar yang tidak memiliki gelar dari pendidikan formal, akan tetapi mendapatkan apa yang diinginkan kebanyakan orang. Diantaranya adalah bill gate yang merupakan pemilik perusahaan software raksasa yang pangsa pasarnya tersebar di seluruh dunia. Namun apabila ditilik kebalakang ternyata dia adalah seorang yang lebih memilih di DO dari tempat kuliahnya agar dapat lebih fokus mengembangkan usaha di bidang software. Sehingga kini ia menjadi salah satu orang terkaya di dunia sekaligus pemilik raksasa software yang produknya banyak dipakai diseluruh dunia. Artinya, bukan hanya gelar yang menjamin kesuksesan seseorang akan tetapi ada banyak faktor lain yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung.

Hidup adalah pilihan, banyak orang yang tidak mengidentikkan jumlah harta sebagai parameter kesuksesan. Ada orang yang ketika dapat mengabdikan hidupnya untuk pendidikan dan rela dibayar pas-pasan dengan mengajar di daerah terpencil misalkan, baginya itulah kesuksesan karena telah dapat memberikan kontribusi terbaik untuk bangsa dan negaranya.  Sukses dalam pandangan saya adalah ketika kita mendapatkan apa yang paling kita inginkan sebagai manusia seutuhnya, yaitu kebahagiaan. Dan kebahagiaan tidak pernah identik dengan harta maupun berbagai bentuk materi lainnya yang sifatnya keduniaan dan cenderung diinginkan oleh kebanyakan orang.


Saya berusaha menguraikan permasalahan ini dengan cara yang lebih sistematis dan gamblang, namun mungkin harus lebih banyak belajar agar diskripsi, penjelasan, dan contoh dapat mememiliki singkronisasi terpadu dengan makna yang lebih konfrehensip. Mohon kritik dan sarannya.




15 januari 2011

Rahmatsyah
Read Full...

Refleksi Hidup dan Momentum Perbaikan Diri




Ketika memasuki awal tahun 2011, banyak peristiwa terbentang dan akan kita lewati di depan sana. Apakah masa lalu yang terlewati telah cukup baik kita lalui, atau setidaknya ada berapa banyak hal berarti yang kita lakukan baik untuk diri sendiri maupun orang lain sehingga hidup kita cukup memberi arti. Ada berapa banyak kesalahan yang terjadi tahun lalu dan harusnya di perbaiki tahun ini. Bukankah setiap orang selalu mengatakan tidak ingin terjerumus kedalam kesalahan yang sama. Inilah momentum terbaik untuk merencanakan dengan matang hal apa saja yang akan kita lakukan selama setahun kedepan, capaian-capaian apa saja yang ingin kita raih, dan hal apa saja yang harus diperbaiki dalam hidup ini, yaitu awal tahun. Dimana dengan tahun yang baru ini, diharapkan segalanya menjadi lebih baru, dalam konteks yang positif tentunya.

Suatu hari ketika saya terbangun di pagi hari, terdengar suara ayam berkokok dan matahari mulai menyembulkan wajahnya. Dingin masih terasa menusuk ke dalam pori-pori kulit. Saya menyaksikan kemegahan penerang terhebat yang telah diciptakan oleh tuhan untuk memberikan cahayanya kepada bumi, untuk kemudahan aktivitas manusia. Agar mereka bisa berjalan mengais rejeki. Saya berfikir entah kenapa, selalu ada yang menarik dengan sesuatu yang baru, ada semacam energi yang tidak dapat dijelaskan muncul namun memberi pengaruh secara emosional pada manusia. Ketika misalnya soseorang mengenakan baju yang baru, barang elektronik yang baru, rumah baru, atau hal lain yang secara konseptual baru dapat menghadirkan sensasi atau semangat yang meluap sampai pada titik yang tidak dapat diprediksikan. Andai kata setiap orang menyadari setiap hari adalah hari yang baru, mungkin semangat ini akan terus menyelimuti diri mereka.

Serentetan peristiwa telah menemani kita melawati hari-hari di tahun 2010 yang lalu, belum kering dari ingatan berbagai macam bencana telah melanda saudara-saudara kita di beberapa belahan bumi Indonesia ini. letusan gunung merapi, bencana tsunami di mentawai, letusan anak gunung Krakatau, banjir, dan beberapa bencana  alam lainnya yang cukup menyita perhatian negri ini. Seolah itu adalah peristiwa yang terjadi karena proses alami, namun adakan kita berfikir bahwa di balik itu semua mungkin ada teguran keras untuk kita. Mungkin selami ini kita kurang menjaga kebersihan lingkungan sehingga terjadi bencana banjir, atau mungkin selama ini kita lupa akan keagungan-Nya sehingga harus ditegur agar kembali mengingat nama-Nya dan memohon pada-Nya. Saya percaya, ketika tiba-tiba ketenangan menyelimuti sanubari saudara-saudara kita yang berada di wilayah bencana, itu mungkin karena do’a dari sebagian orang yang berada di belahan bumi lain untuk keselamatan mereka.

Semua yang telah terjadi, perlu menjadi refleksi hidup bagi kita bersama karena apa yang menimpa bumi dan penghuninya yaitu manusia, tidak terlapas dari ulah manusia itu sendiri. Seperti ngaungan di puncak gunung, apa yang engkau teriakkan itulah yang akan kembali padamu. Kita hanya akan menuai hasil dari apa yang kita lakukan. Sehingga dengan demikian, tahun baru ini akan menjadi momentum berharga dimana kita dapat melakukan perbaikan diri sehingga memberi pangaruh signifikan bagi kualitas hidup kita bersama. Semoga bermanfaat.

2 januari 2011
Rahmatsyah 
Read Full...
 

jam

© Grunge Theme Copyright by Nuansa Cakrawala (soemat's notes) | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks